SUGENG RAWUH

Minggu, 18 Juli 2010

Bekal Menuju Pernikahan

Oleh : Aa Gym

DARI lubuk hati yang paling dalam setiap insan pasti ingin memperoleh ketenteraman dalam rumah tangganya. Suami yang bisa melindungi istri, istri yang mampu mencintai dan mendidik anak-anak, anak-anak yang santun serta berbakti, adalah suatu cita-cita ideal yang akan terus bergolak dalam setiap jiwa.

Dengan demikian, untuk kedua mempelai, membangun keluarga menuju keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, jelas membutuhkan persiapan yang baik. Sebuah keluarga tidak akan tumbuh serta merta menjadi baik dengan sendirinya tanpa persiapan yang baik pula. Lalu, faktor-faktor apa saja yang perlu kita persiapkan? Mudah-mudahan beberapa "resep" berikut ini dapat membantu membuat perjalanan pernikahan menjadi indah dan menenteramkan kalbu.

Pertama, software-nya,

yakni kalbu kita yang harus selalu yakin kepada Allah. Karena yang bisa menimbulkan orang stres, tidak bisa menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan karena keyakinan dia yang lemah kepada Allah. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik Allah. Calon istri atau suami kita adalah milik Allah. Yang mengetahui segala perasaan pada diri kita adalah Allah. Yang memerintahkan kita menikah adalah Allah. Pernikahan yang terjadi juga dengan izin Allah.

Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Allah. Jadi, kuncinya adalah Allah. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Allah-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Allah-lah yang menyuruh kita menikah. Dan menikah itu ibadah, sedang Allah menyuruh kita ibadah. Jadi, kita tidak perlu merasa ragu-ragu lagi. Maka kembalikan segalanya kepada Allah. Kita tidak boleh su'udzan sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik dan pendidikan yang rendah. Atau karena orangtua kita yang dianggap miskin. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Allah. Sebab wajah maupun harta yang ada pada kita sesungguhnya bukan milik kita, semuanya milik Allah.

Kedua, tingkatkan kepribadian kita supaya disukai Allah.

Perbaikilah apa pun yang dapat kita lakukan. Akhlak kita, perbuatan dan tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaullah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Allah. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat. Sebab sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Allah. Apa pun yang kita perbuat pasti disaksikan-Nya. Maka, meningkatkan kualitas diri supaya disukai Allah adalah hal paling penting.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan kemauan, keinginan, dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Akan tetapi setelah menikah, tidak jarang seorang suami malah merasa bahwa di dunia ini ternyata banyak wanita yang cantik, kecuali istrinya. Hal-hal seperti itu pun harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini.

Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua, adik kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi misalnya, semua bisa berpotensi menjadi masalah kalau kita tidak dewasa dan arif dalam menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang, tidak dewasa, dan tidak arif, jelas hanya akan menambah masalah daripada menyelesaikan masalah. Demikian pula halnya dengan istri.

Ketiga, persiapan ilmu,

terutama ilmu agama yang membuat kita bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan yakinlah bahwa Allah pun pasti akan menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar.

Ilmu agama penting dikuasai supaya kita tahu standar yang benar, mana yang hak dan mana yang batil. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah saw. Karena memang hanya rumah tangga Beliaulah yang dapat menjadi acuan tepat dalam menegakkan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga Beliau. Misalnya, ketika Beliau pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur.

Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya Beliau berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Akan tetapi paling tidak kita memiliki standar yang jelas.

Keempat, belajarlah ilmu umum,

seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh,atau cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani haid, ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan, dan lain sebagainya. Begitu pun istri harus memahami bagaimana perilaku suami. Bagaimana emosinya, bagaimana karakternya, dan lain-lain. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.

Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan.

Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup, dan lain-lain. Hal ini perlu dilakukan, baik oleh calon suami maupun calon istri. Sebab setelah menikah, keduanya berpeluang untuk berpisah. Suami harus berpikir bahwa ajal bisa datang menjemput kapan saja. Maka seandainya sang istri meninggal lebih dulu, jangan sampai kelabakan karena tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitu pun bagi istri, ia harus siap ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan.

Begitulah beberapa persiapan penting yang harus ditempuh bagi siapa pun yang sudah berniat berumah tangga. Semakin maksimal mempersiapkannya, insya Allah masalah apa pun yang dihadapi tidak akan membuat goyah. Melainkan tetap tegar dan yakin bahwa Allah akan menolongnya, sebagaimana firman-Nya, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. An-Nuur: 32)

http://pernikahansejoli.multiply.com/journal/item/13/Bekal_Menuju_Pernikahan