SUGENG RAWUH

Rabu, 04 Juni 2014

BAHASA JAWA? OHHHH TIDAAKK........



Bahasa  merupakan media komunikasi antar manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan gagasan pembicara (penutur) kepada pendengar (mitra tutur). Selain itu bahasa juga digunakan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan isi hati seseorang. Ini menunjukkan bahwa bahasa adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tidak terkecuali suku Jawa yang juga memiliki bahasanya sendiri. Sayangnya di era globalisasi seperti saat ini, eksistensi bahasa Jawa sebagai bahasa Ibu sangat memprihatinkan. Bahasa Jawa pesonanya digeser oleh bahasa-bahasa asing dan bahasa “gaul”, terutama di kalangan remaja. Bahkan sekedar mendengar kata “bahasa Jawa”, mereka akan mengatakan “oohhh tidaakkk...”. Sungguh ironis. Jika hal ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin suatu saat bahasa Jawa akan menjadi bahasa mati atau bahkan punah dan tidak di kenal lagi.
Menurut catatan UNESCO, sepuluh bahasa mati setiap tahun di dunia ini. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam abad ini diperkirakan 50% sampai 90% dari bahasa yang dituturkan saat ini akan punah. Jika hal tersebut sampai terjadi, sungguh sangat disayangkan. Padahal dalam bahasa Jawa, mengajarkan kepada kaum muda untuk menghormati orang yang lebih tua, orang tua menyayangi yang lebih muda. Hal ini senada dengan hadits Rasulullah SAW “bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang muda diantara kami, dan tidak mengetahui kemuliaan orang yang tua diantara kami” (HR. At-Tirmidzy dari Abdullah bin Amr RA, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany). Sikap berbahasa (unggah-ungguh) yang lebih menghormati lawan bicara, daripada dirinya sendiri akan menjauhkan seseorang dari sifat sombong dan angkuh. Allah berfirman Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman: 18). Serta masih banyak lagi nilai filosofis maupun pendidikan dalam penggunaan bahasa Jawa.
Jika kita mau sedikit introspeksi, sebenarnya ada beberapa faktor penyebab menurunnya eksistensi bahasa Jawa, terutama di kalangan remaja. Pertama, faktor remaja itu sendiri. Dalam benak kita mungkin sering muncul pertanyaan, “Kenapa para remaja enggan menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari”? Alasannya beragam, diantaranya bahasa Jawa merupakan bahasa yang sudah ketinggalan zaman, tidak gaul, sulit, tidak tahu artinya dan juga membingungkan, apalagi untuk membaca atau menulis aksara Jawa. Namun sebenarnya, yang menjadi faktor utama adalah rasa bangga terhadap “diri sendiri” serta rasa “memiliki” di kalangan remaja sangat kecil atau justru sudah hilang.
Kedua, faktor Keluarga. Sejak awal, anak tidak dikenalkan menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar di lingkungan keluarganya. Dalam percakapan sehari-hari orang tua tidak menggunakan bahasa Jawa tetapi menggunakan bahasa Indonesia. sebagian orang tua bahkan lebih bangga jika anaknya bisa berbahasa Inggris daripada menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar.
Faktor ketiga adalah sekolah. Hampir sama dengan yang terjadi pada lingkungan keluarga, di sekolahpun anak cenderung dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Terkadang anak-anak lebih ditekankan menggunakan bahasa asing, bahasa Inggris misalnya. Bahkan ada beberapa sekolah di lingkup Jawa yang tidak mengajarkan pendidikan bahasa Jawa.
Keempat, faktor pemerintah. Pemerintah juga memiliki andil dalam pelestarian bahasa daerah, namun sepertinya para pemimpin kita tidak begitu memperhatikan kegiatan yang mengarah pada pelestarian bahasa Jawa, kalaupun ada hanya segelintir orang saja. Dalam kegiatan-kegiatn yang deselenggarakan pemerinth jarang sekali ada kegiatan yang mengarah pada pelestarian bahasa Jawa.
Lalu bagaimana upaya untuk nguri-nguri kabudayan Jawi, terutama bahasa Jawa? Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa cinta dan bangga para kaum muda terhadap bahasa Jawa itu sendiri. Jika rasa cinta itu sudah tumbuh, maka sesulit apapun pasti akan dipelajari. Mungkin akan ada mengatakan bahwa bahasa Jawa tidak “gaul”, atau itu bahasa “ndesO”, bahkan bahasa “primitif”. Coba pernyataan itu dikaji ulang. Di Solo banyak sekali mahasiswa dari luar negeri (Jepang, Amerika) yang rela hidup bertahun-tahun di Solo hanya untuk belajar bahasa dan budaya Jawa. Bahkan saat ini ada mahasiswa Jepang yang kemahirannya dalam menggunakan bahasa Jawa bisa dikatakan melebihi orang Jawa asli. Apakah kita tidak malu? Jangan sampai kita menjadi “tamu di rumah kita sendiri”.
Yang kedua, anak harus dibiasakan menggunakan bahasa Jawa di lingkungan keluarga. Bisa itu karena biasa, meskipun pada awalnya sulit, jika sudah terbiasa akan mudah saja. Seorang perokok itu ketika pertama kali mencoba rokok pasti akan batuk-batuk, tapi ketika sudah terbiasa akan enak-enak saja. Begitu juga dalam berbahasa.
Cara yang ketiga adalah di lingkungan sekolah hendaknya para pendidik juga mulai membiasakan untuk menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Ada peribahasa yang sering kita dengar “guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Guru kencing berlari, murid kencing di atas pohon kenari”. Ini menunjukkan bahwa setiap perilaku guru, akan ditiru oleh muridnya, tidak terkecuali dalam hal berbahasa.
Dan yang terakhir, hendaknya pemerintah memperhatikan kelestarian bahasa daerah. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang memicu anak agar bersemangat belajar bahasa Jawa. Misalnya dengan mengadakan debat bahasa Jawa, mengarang dengan bahasa Jawa atau kegiatan yang lain. Apresiasi dari pemerintah tentunya akan memberi dampak positif terhadap eksistensi bahasa Jawa.
Indonesia adalah negara yang kaya, jika kita tidak bisa menikmati kekayaan harta dan alamnya maka cukuplah kiranya bagi kita menikmati kekayaan budayanya. Dan bahasa Jawa adalah bagian dari budaya itu.

Rabu, 20 November 2013

BAHAYA CINTA DUNIA



Cinta dunia yang dalam istilah agama disebut hubbud dunya ini memang merupakan salah satu penyakit hati yang harus diwaspadai oleh semua orang yang beriman karena penyakit ini bisa mengundang kemurkaan Allah dan bisa mengundang kehancuran. Penyakit inilah yang sering dirisaukan oleh Rasulullah SAW terhadap umatnya di akhir zaman.
Ada satu pertanyaan memangnya islam melarang dan tidak membolehkan umatnya untuk mencari dan mencintai kesenangan dunia? Jawabnya “tentu saja boleh sepanjang kecintaannya itu tidak menjadikan lupa untuk mengingat Allah dan tidak sampai mengundang murka Allah.

 “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al-Munafiqun: 9)

Untuk lebih jelasnya mari kita simak dahulu kisah-kisah di bawah ini,
Yang pertama: kisah Qarun
Qarun adalah orang yang hidup di zaman nabi Musa AS di dalam Al-Quran Surat Al Qashas ayat 76 dan 81 bahwasanya Qarun diceritakan orang yang super kaya, hartanya sampai tak terhitung jumlahn ya. Dikisahkan kunci gudangnya saja dipikul oleh orang yang berbadan kuat sampai tidak mampu. Anda bisa membayangkan berapa jumlah gudangnya dan berapa banyak pula jumlah harta yang ada di dalamnya.
Tetapi sayang Qarun tergolong orang yang sombong, ia tidak mengakui bahwa semua itu pemberian Allah, bahkan Qarun mengklaim bahwa semua harta kekayaan yang didapatnya itu karena hasil kerja keras dan ketinggian ilmunya.
Apa akhirnya?? Qarun yang sombong dan ingkar kepada Allah dan Rasulnya itu di azab oleh Allah. Rumah dan seluruh harta kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi, sedang tiada satu golonganpun yang dapat menolongnya. Subhanallah..,, Nah, itu contoh yang pertama.

Contoh yang kedua adalah: Firaun
Tokoh yang satu ini sudah tidak asing lagi bagi pendengaran kita, Firaun juga hidup di zamannya nabi Musa AS. Selain gila harta, Firaun juga gila kekuasaan. Ia sangat zalim terhadap rakyatnya. Dengan kesombongannya Firaun menyatakan dirinya sebagai Tuhan dan seluruh rakyatnya disuruh mengakui dan menyembahnya. Ia tidak mengakui adanya Allah dan juga menentang Rasul_Nya. Dan apa akhirnya? Firaun juga diazab sebagaimana Qarun. Di dalam Al Quran surat Albaqarah ayat 50 disebutkan,
 
Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan Firaun beserta pengikut-pengikutnya sedang kamu menyaksikan” (QS.2:50). Nah..., dalam sejarah Firaun tenggelam di laut Merah.

Sekarang kita simak contoh yang ke 3: Tsa’labah
Tsa’labah adalah orang yang hidup di masa Rasulullah SAW, ia sangat miskin. Saking miskinnya sampai-sampai sarungnya saja dipakai bergantian dengan istrinya jika hendak shalat.
Pada suatu hari istrinya merengek kepada Tsa’labah agar mohon kepada Rasulullah untuk didoakan menjadi orang kaya. Permohonan Tsa’labahpun diluluskan, doa nabipun dikabulkan, dan benarlah Tsa’labah menjadi kaya raya karena ternak kambingnya. Pada awal-awalnya tidak ada masalah bagi Tsa’labah, tetapi lama-lama ada yang tidak beres bagi Tsa’labah. Dari hari ke hari, ia tidak bertambah taat atas kekayaannya, akan tetapi justru semakin hari makin mulai melalaikan perintah Allah bahkan sudah berani meninggalkan shalat dikarenakan sibuk mengurusi ternaknya.
Lebih parah lagi ketika Tsa’labah disuruh mengeluarkan zakat terhadap ternaknya. Tsa’labah menolak dengan alasan ini semua didapat dari jerih payahnya, akhirnya Rasulullah marah kemudian Tsa’labah didoakan agar celaka.
Doa Rasulullah dikabulkan selanjutnya Allah mengazab Tsa’labah dengan mencabut nikmat yang diberikannya. Kambingnya yang beratus-ratus itu, satu demi satu mati. Ada yang matinya karena sakit, jatuh ke jurang, dimakan binatang buas dan lain sebagainya. Singkat cerita kambing-kambing Tsa’labah habis sama sekali dan Tsa’labah jatuh miskin kembali. Beruntungah ia masih diberi hidayah, Tsa’labah kemudian bertaubat. Ia sudah ikhlas menerima takdir dan ia bersama istrinya ikhlas menikmati ibadah dengan kemiskinannya.

Para pendengar yang dirahmati Allah dimana saja berada,
Memperhatikan kisan-kisah diatas, jelaslah sudah bahwa cinta dunia yang berlebihan akan menjadikan orang lupa daratan dan akan mengundang murka Allah. Oleh karena itu, agar kita sekalian tidak termasuk orang yang tersebut dalam kisah-kisah diatas marilah kita berperspektif atau pola pandang tentang mencintai kesenangan dunia ini menurut ajaran islam yang benar.

Sebenarnya Allah telah mengajarkan kepada kita lewat firman-firman-Nya bahwa: jikalaupun Allah memberikan hal-hal yang berhubungan dengan masalah duniawi kepda kita seperti kekayaan, pangkat dan keturunan, itus emua hakikatnya hanyalah merupakan kemikmatan hidup di dunia yang hanya bersifat sementara saja, sedang kenikmatan yang sebenarnya adalah kenikmatan yang ada di akhirat, kenikmaan yang lebih baik dan yang kekal selamanya, sebagaimana yang difirmankan Allah:
 “Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”. (QS.28:60)

Atau di ayat lain, Allah telah membuat perbandingan antara kenikmatan dunia dan kenikmatan Akhirat.

 “.... apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat padahal kenikmatan di dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat hanyalah kecil sekali”.(QS. At-Taubah:38)

Nah.., anda bisa membuat gambaran berapa lama kira-kira anda menikmati kesenangan di dunia ini? Yaa.... paling banter 100 tahun lah, itupun kalau umur anda sampai, kalau tidak ya paling-paling 60-70 tahun idealnya. Padahal kesenangan di akhirat yang namanya syurga itu kekal selama-lamanya.

Dari dua ayat diatas cukuplah kita membuat pola pandang bahwa kesenangan hidup di dunia itu memang hanyalah bersifat sementara dan Allah mempunyai tempat kembali di akhirat yang lebih baik dan kekal selama-lamanya, itulah syurga.
 
Sekarang bagaimana kita harus bersikap?
Para pendengar yang dirahmati Allah dimana saja berada,
Agar kita terhindar dan terbebas dari bahaya cinta dunia atau hubbud dunya, paling sedikit ada 3 hal yang harus kita perhatikan,
Pertama, kita yakini seyakin-yakinnya bahwa kehidupan di akhirat lebih baik dari kehidupan di dunia yang hanya sementara,

 Maka dari itu setiap kita mencari hal-hal yang bersifat duniawi selalu berorientasi kepada akhirat, artinya apa? Jangan sampai kecintaan kita terhadap dunia ini menjadikan lupa mengingat Allah dan jangan sampai melalaikan kewajiban-kewajiban-Nya, agar kita tidak merugi nantinya. Dan pula kita niati bahwa semua itu untuk sarana beribadah kepada Allah SWT.
Dan jika hal itu kia lakukan insya’allah Allah akan memberikan kedua-duanya. Kebahagiaan akhirat sekaligus kebahagiaan Dunia. Firman Allah QS. Asy-Syuraa: 20

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat akan kami tambahkan keuntungan itu baginya (dunia) dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia saja kami berikan kepadanya sebagian keuntungan dari dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaanpun di akhirat”. (QS. 42: 20)

Kedua,
Jangan sampai kita beranggapan seperti anggapannya orang kafir bahwa kesenangan di dunia itu adalah segala-galanya. Perhatikan pernyataan imam besar Hasan Al Basri
 
“Barang siapa suka kepada dunia dan memilihnya daripada akhirat maka Allah memberikan akibat kepadanya 6 macam akibat 3 didunia dan 3 di akhirat. Adapun 3 akibat di dunia adalah: angan-angan yang tidak kunjung habisnya, serakah yang tak kunjung puasnya, dan dicabut daripadanya kemanisan ibadah. Adapun 3 akibat di akhirat adalah menemui kebingungan pada hari kiamat, menerima hisab atau pembalasan yang sangat pedih serta merasakan penyesalan yang sangat dalam”. (Hasan Al Basri)

Yang ketiga,
Kita harus selalu ingat akan kematian. Dengan ingat mati, insya’allah kita akan selalu terkendali di dalam mencari kesenangan dunia.

Apa artinnya bersusah payah mencari kesenangan dunia jika maut selalu mengincar kita? Dan pula kita yakin bahwa di hri kiamat nanti sudah tidak berguna lagi harta dan anak yang kita miliki,

Akhirnya semoga kita mampu mengaplikasikan 3 hal tersebut dalam keseharian kita agar lebih berorientasi kepada akhirat sehingga kita terlepas dari jebakan hubbud dunya yang mencelakakan kita.
Wallahu a'lam ^_^

Sabtu, 15 Desember 2012

PERMAINAN TRADISIONAL “JAMURAN” DI TENGAH MODERNISASI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Bermain merupakan hal yang tidak terpisahkan dari dunia anak-anak. Dimanapun dan kapanpun kita bertemu dengan anak-anak, disitu pula kita akan mendapati mereka bermain dengan media apapun. Jika orang dewasa menggunakan energi mereka untuk bekerja, maka anak-anak menggunakan kelebihan energi mereka untuk bermain.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan (Purwanto, 2007). Selain itu bermain merupakan media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak (Mariani, 2008).
Dari keterangan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa jenis permainan sedikit atau banyak bisa mempengaruhi perkembangan anak, baik secara fisik, emosi, kognitif, motorik, serta perkembangan sosial. Misalnya ketika anak bermain sepakbola, maka anak berlatih untuk bekerjasama dalam sebuah tim. Hal ini bisa mengurangi sifat individualisme pada anak, selain itu permainan sepakbola akan membuat tubuh mereka juga lebih sehat. Begitupun dengan permainan-permainan yang lain, akan ada dampak yang diberikan terhadap perkembangan anak.
Pada jaman dahulu, banyak sekali permainan tradisional yang sebenarnya sangat bagus untuk perkembangan anak, baik secara fisik maupun psikis. Contoh permainan tradisional itu antara lain, gobag sodor (go back door), jamuran, betengan,benthik, dhelikan. Jamuran bisa melatih anak untuk menjaga kerukunan serta membuat anak selalu gembira. Betengan bisa melatih rasa nasionalisme pada anak, karena permainan ini menggambarkan tentang cara mempertahankan “beteng/benteng”. Begitu juga permainan-permainan yang lain, banyak sekali nilai-nilai positif yang bisa dipelajari dari sana.
Sayangnya di era modern ini, permainan-permainan diatas sudah banyak ditinggalkan. Anak-anak lebih suka dengan permainan yang dianggap modern. Padahal, permainan itu belum tentu membawa dampak yang baik bagi mereka. Justru sebaliknya, banyak dari permainan modern yang membawa dampak buruk, antara lain bagi kesehatan dan perkembangan sosial anak. Ketika anak lebih suka duduk berdiam diri di warnet, atau di depan komputer rumah, mereka akan jarang berinteraksi dengan teman sebaya maupun lingkungan. Akibatnya perkembangan sosial mereka juga terganggu. Selain itu, terlalu lama duduk di depan komputer juga kurang bagus untuk kesehatan.
Kerusuhan dan tawuran yang akhir-akhir ini sering terjadi bukan tidak mungkin disebabkan oleh jenis permainan anak yang cenderung mempengaruhi mereka untuk meniru apa yang ada dalam game. Mungkin kita masih ingat dengan anak SD yang harus masuk penjara karena tanpa sengaja telah menyebabkan kematian temannya. Setelah ditanya termnyata dia meniru adegan dalam play station yang sering dimainkannya yakni Smack Down.
Untuk itulah sudah selayaknya kita melestarikan permainan tradisional, salah satunya adalah permainan “Jamuran” yang senantiasa mengajarkan kerukunan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, kita bisa mencari tahu tentang:
1.      Apakah permainan “jamuran” itu?
2.      Apakah nilai filosofis permainan “jamuran” itu?
3.      Apakah perbandingan “jamuran” dengan permainan modern?
4.      Bagaimanakah eksistensi permainan “jamuran” di zaman modern?

C.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui jenis permainan “jamuran”,
2.      Untuk mengetahui nilai filosofis permainan “jamuran”,
3.      Mengetahui dampak dari permainan Jamuran dan permainan tradisional terhadap anak-anak,
4.      Untuk mengetahui eksistensi permainan “jamuran” di zaman modern.

D.    METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Teknik Wawancara,
2.      Menggunakan sumber/ referensi lain yang mendukung

E.     SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Sampul
Bab I Pendahuluan
1.      Latar Belakang Masalah
2.      Rumusan Masalah
3.      Tujuan penelitian
4.      Metode Penelitian
5.      Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
1.      Permainan Jamuran
2.      Nilai Filosofis dalam Permainan Jamuran
3.      Permainan Jamuran dan Permainan Modern
4.      Eksistensi Permainan Jamuran Di Tengah Modernisasi
Bab III Penutup
1.      Simpulan
2.      Saran



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PERMAINAN JAMURAN
Pada zaman dahulu, karena belum ada penerangan dari listrik PLN sehingga ketika malam hari suasananya sangat gelap. Tetapi ketika bulan purnama tiba, suasana du liar begitu terang, bahkan lebih terang daripada di rumah yang hanya menggunakan penerangan berupa “senthir”. Sehingga baik anak-anak maupun orang dewasa pasti keluar ketika bulan purnama dan berkumpul di salah satu halaman warga yang cukup luas. Orang tua biasanya menemani anak-anak mereka untuk bermain pada malam bulan purnama. Dan salah satu permainan yang sering dimainkan adalah “Jamuran”.
Permainan jamuran adalah salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak pada zaman dulu. Jamuran ini adalah permainan tradisional di Yoyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya. Sebelum permainan ini dimulai biasanya di awali dengan hompimpah untuk menentukan siapa menang siapa kalah. kalah atau menang, anak-anak tetap riang. anak-anak yang menang, bergandengan membentuk lingkaran sembari melantunkan syair jamuran sementara satu anak yang berdiri di tengah lingkaran yang menandakan bahwa anak itu yang kalah.
Berikut ini adalah syair “tembang jamuran”
Jamuran… jamuran…ya ge ge thok
jamur apa ya ge ge thok
jamur gajih, mbejjih sak ara-ara
sira badhe jamur apa?
yang di tengah harus bisa menyebutkan jamur apa,  nanti yang lain harus mempergakan jamur yang disebut oleh si “jadi ” ini, semisal, jamur tales dempel”, maka anak yg tidak “jadi “memperagakan tales dempel, caranya satu orang duduk memegang erat tiang, yang lain memegang perut yang didepannya dengan erat sehingga tidak mudah lepas, sambil duduk juga, nah tugas si “jadi” ini adalah membetot si talas, dengan cara menarik perutnya supaya terlepas dari rangkaian tales dempel itu terus sampai orang yang terakhir jika semua berhasil dilepaskan maka permainan di mulai dari awal, dengan cara hompimpah,. untuk menemukan siapa yang akan jadi si ‘jadi’ , kalau sudah dipilih siapa yang akan jadi maka si “jadi” akan berdiri di tengah bundaran dan prosesnya berulang seperti tadi. Adapun macam jamur yang bisa disebut dan bagaimana peragaannya, antara lain,
Jamur Parut.
Pegaannya semua kecuali si jadi berjajar menghadap dan berpegangan pada dinding rumah atau pagar dengan satu kaki diangkat seperti ketika akan engklek”, tanpa alas kaki nah tugas si jadi adalah menggaruk satu2 kaki teman2nya tadi. Siapa yang paling gak tahan alias kegelian dia yang akan si “jadi berikutnya.
Jamur Dandang Borot alias dandang bocor
Peragaannnya adalah semua yang ikut permainan diwajibkan untuk pipis, tugas si jadi memastikan bahwa semua peserta sudah pipis, yang tidak pipis akan kebagian untuk menjadi si ‘jadi” yang berikutnya, (hehe, lucu dan aneh ya)
 Jamur Putri Malu,
Peragaannya di gelitiki pinggangnya, yang paling gak tahan akan jadi si “jadiyang beikutnya. Masih banyak jamur-jamur lain yang bisa disebut jika kita kreatif.

B.     NILAI FILOSOFIS DALAM PERMAINAN JAMURAN
Permainan jamuran ternyata memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi. Anak-anak saling bergandengan tanpa memandang status sosial, jenis kelamin, atau apapun yang bisa memisahkan mereka. Mereka bergandengan membentuk sebuah lingkaran, ini menggambarkan bahwa persatuan mereka tidak akan pernah terputus. Permainan ini mengajarkan kepada anak-anak untuk tetap menjaga kerukunan dalam kondisi apapun.
Menyangkut pembelajaran tingkat wawasan dari yang “dadi”, apabila tak banyak pengetahuan utamanya mengenai jamur maka akan sangat lama dia menyebutkan jamur yang bakalan diperankan oleh sebagian temen yang sekaligus menjadi target operasi selanjutnya.
Dari sini pula dapat diambil pelajaran mengenai pergaulan sosial, tidak boleh egois, harus cekatan, banyak akal, dan tidak boleh cengeng.
Jamuran berasal dari kata dasar “jamur”. Dimana jamur hanyalah tanaman yang tumbuh dan berkembang dari udara yang lembab, kadangkala keberadaan jamur cuma diasumsikan sebagai sosok pengganggu. Namun pada jenis jamur-jamur tertentu sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri, bisa sebagai bahan sayuran atau bahkan ada satu jenis jamur difungsikan sebagai bahan pokok obat-obatan.
Serupa dengan kita manusia yang teronggok laksana jamur didunia ini. Mau memposisikan diri dimana dan akan tumbuh berkembang sebagai jamur apa adalah satu pilihan bagi kita.
Kita bisa saja memosisikan diri sebagai jamur yang hanya berfungsi sebagai gulma. Artinya, jenis jamur ini hanyalah selalu mengganggu keberadaan kehidupan yang lainnya. Atau kita akan memilih sebagai jamur merang yang bisa dijadikan bahan pokok sayuran.
Jamur kebanyakan muncul dari tempat yang basah atau lembab juga kotor. Seirama dengan kita diciptakan berujud manusia. Banyak yang percaya bahwa manusia ini berasal dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Mereka berdua diturunkan ke bumi ini adalah sebagai buah dari perbuatan mengingkari kesepakatan dengan Tuhan karena telah memetik buah terlarang, buah Quldi.
Inilah hidup kita sebagai manusia laksana jamur itu berada, tak lama begitu tumbuh berkembang lalu mati, bisa saja matinya kita bermanfaat bagi orang lain, namun tak menutup kemungkinan kita hanya hidup sebagai jamur yang tumbuh berkembang dan lalu mati tanpa meninggalkan jejak apalagi manfaat bagi dunia kehidupan yang kita lalui.
Akan lebih celaka apabila kita hanya seperti jamur pakaian. Jamur yang tumbuh tersembunyi (didalam lemari misalnya) dan tanpa mau berbaur pada dunia luar.
Masih banyak jenis jamur didunia ini, menyangkut tingkat fungsiguna dan jenisnya kita dapat pelajari. Lalu  pertanyaannya pada jawaban pilihan ganda yang tersedia adalah terserah pada kita juga. Jawaban jamur A, Jamur B, Jamur C, Jamur D,dan Jamur E ada pada tingkat pemahaman perjalanan hidup kita (http://ikanmasteri.com/archives/823).

C.     PERMAINAN JAMURAN DAN PERMAINAN MODERN
Permainan modern sudah “menjamur” di masyarakat, terutama anak-anak. Dari balita sampai ABG pasti kenal dengan yang namanya “Game Online”, “Point Blank” dan istilah-istilah sejenis. Akan tetapi perlu diketahui, dibalik “ke-modern-an” yang selalu dibicarakan, permainan-permainan modern ternyata membawa dampak kurang baik bagi para pelaku atau penikmatnya. Dampak itu antara lain,
1.      Menimbulkan adiksi (Kecanduan) yang kuat
2.      Mendorong melakukan hal-hal negatif
3.      Berbicara kasar dan kotor
4.      Terbengkalainya kegiatan di dunia nyata
5.      Perubahan pola makan dan istirahat
6.      Pemborosan
7.      Mengganggu kesehatan
Jika dibandingkan dengan permainan tradisional tentunya akan sangat berbeda. Meskipun terkesan “ndesO” atau “kuno” tetapi permainan tradisional memiliki nilai-nilai yang sangat baik untuk perkembangan anak, mulai dari nilai pendidikan, moral, agama, sosial budaya semuanya ada, tidak terkecuali permainan jamuran.
Berikut ini adalah kelebihan permainan jamuran dibandingkan dengan permainan modern,
1.      Sederhana,
2.      Riang,
3.      Murah
4.      Mendidik.
Keunggulan yang diusung karena permainan ini memberikan kemungkinan kepada anak-anak untuk membeberkan kekayaan fantasi dan rasa humor dengan menyebutkan beraneka macam jamur yang kadang-kadang menakjubkan.
Manfaat permainan jamuran bagi anak adalah mendorong anak untuk bisa mengembangkan kecerdasan majemuk, yakni ketrampilan gerak, kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan irama, kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri serta kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan. Dampak yang dihasilkan dari permainan ini adalah anak-anak akan senantiasa menjaga kerukunan dan persatuan, sehingga ktika mereka dewasa nanti sifat dan karakter ini akan tetap terjaga. Coba kita bandingkan dengan permainan zaman sekarang yang senantiasa mengajarkan kepada untuk saling berperang. Maka tidak heran jika sering terjadi tawuran pelajar, hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh jenis permainan yang mereka mainkan.
Mungkin kita pernah mendengar berita tentang anak SD yang membanting temannya hingga tewas karena meniru degan dalam sebuah game Play Station? Atau anak SMP yang berani mencuri hanya karena perlu uang untuk bermain game online? Itu hanya beberapa contoh dampak dari permaian modern.

D.    EKSISTENSI PERMAINAN JAMURAN DI TENGAH MODERNIASI
Lewat dolanan jamuran kita bisa melihat sebentuk kekayaaan budaya Indonesia yang bukan hanya sebagai media hiburan, namun sebagai penghargaan atas tradisi yang merupakan ‘akar’ atau cikal bakal beradaban dan tentu saja tidak dimiliki oleh bangsa lain. Karena terus terang, hanya Indonesia yang memiliki dolanan tradisional yang beragam, salah satunya Jamuran. Tapi seperti yang kita ketahui, bahwa kebudayaan di Indonesia di masa sekarang ini sudah tergerus oleh arus globalisasi. Sekarang hampir 90% anak tidak kenal dengan permainan-permainan tradisional seperti jamuran. Hanya beberapa saja yang kenal, itupun biasanya adalah mereka yang tinggal di pelosok.
Jaman dulu permainan jamuran dimainan pada malam hari ketika bulan purnama. Ketika bulan purnama semua orang akan keluar rumah, karena kondisi di luar lebih terang daripada di dalam rumah yang hanya menggunakan “senthir”, kemudian berkumul di “latar” atau halaman rumah salah seorang warga yang cukup luas. Anak-anak bermain di halaman dan orang tua mengawasi mereka. Sekarang, siang atau malam hampir sama. Di luar dan di dalam rumah justru lebih terang di dalam rumah. Hal inilah salah satu penyebab permainan jamuran dilupakan. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa semua hal yang baru itu baik. Padahal sebagai bangsa yang menganut adat “ketimuran” kita harus menyaring semua hal yang baru agar kita tetap eksis sebagai bangsa yang berbudaya.
Di era modern seperti saat ini semua sudah serba canggih, serba praktis. Teknologi adalah faktor pendukungnya. Teknologi mempermudah aktivitas manusia dengan menyederhanakan sesuatu yang rumit. Manusia dimanjakan oleh teknologi praktis. Tetapi perlu diketahui, bahwa semua yant “instan” pasti membawa dampak yang kurang baik bagi manusia.

BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Permainan “jamuran” merupakan salah satu permainan tradisional yang dimiliki masyarakat indonesia, khususnya daerah Jawa. Permainan ini sangat baik untuk anak-anak, disamping murah, riang, sederhana dan mendidik, permainan jamuran juga memiliki nilai filisofis yang sangat tinggi.
Akan tetapi karena perkembangan jaman, permainan ini sudah mulai dilupakan. Permainan jamuran sekarang eksistensinya digantikan oleh permainan-permainan modern yang sebenarnya membawa dampak kurang baik bagi anak-anak.

B.     SARAN
Sebagai generasi yang sadar akan budaya kita harus tetap mempertahankan budaya Indonesia yang “adi luhung”, tidak terkecuali permainan-permainan tradisional. Meskipun “sepele” tetapi permainan ternyaa membawa dampak yang besar bagi perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Mariani, Devi Ari. 2008. Bermain dan Kreativitas Anak pada Usia Dini, (Online), (http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini/, diakses tanggal 3 November 2011)

Nuri Cahyono. Permainan Jamuran. 2009.

Purwanto, Setyo. 2007. Penerapan Terapi Bermain bagi Penyandang Autisme, (Online). (http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-penyandang-autisme-3, diakses tanggal 3 November 2011)

Reza Ferdinand. Tradisi VS Kekinian. 2011.

Republika. Permainan Moderen Berpotensi Buruk Bagi Anak.2012

Vina Eriyandi. Saat Permainan Modern Menggusur Permainan Rakyat. 2009


------------. Dolanan Anak. 2012.

---------------. Jamuran, ya ge ge thok jamur apa..?. 2010.

-----------------. Permainan Tradisional Memberikan Manfaat Lebih Besar Bagi Perkembangan Anak Daripada Permainan Modern.2011

            Wawancara:
Drs. Bambang Ikhwanto